Tenggarong – Pada rangkaian Acara Festival Erau terdapat salah satu tradisi yang menarik untuk diikuti. Tradisi tersebut adalah beseprah, yang dalam bahasa Kutai artinya makan bersama sambil duduk bersila di atas tikar. Semua lapisan masyarakat datang menghadiri acara tersebut mulai dari kerabat Kesultanan termasuk Sultan dan pejabat daerah, serta masyarakat dari berbagai lapisan. Biasanya acara beseprah di mulai pukul 08.00 sampai 09.00 WITA dengan menggelar terpal biru yang dilapisi kain putih sepanjang Jalan Ponegoro Tenggarong. Beseprah memang melambangkan kesejajaran antarberbagai kalangan masyarakat. Secara pemaknaan, beseprah berarti duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Penyelenggaraan ritual ini setiap tahunnya dapat dimaknai sebagai ajang menjalin rasa persaudaraan warga Kutai dan mempererat silaturahmi antarsesama. Selain itu, dalam tradisi ini, terdapat pesan moral bahwa seorang pemimpin haruslah dekat dan membaur dengan semua rakyatnya.
Warga duduk bersila bersama para pejabat, tokoh masyarakat, dan keluarga kesultanan. Di depan mereka tersaji beragam makanan khas yang melimpah. Nasi kebuli, kelepon, putu labu, hingga botok, semuanya menjadi simbol kemakmuran dan kebersamaan.
Dalam setiap suapan, ada rasa syukur dan harapan yang tersirat. “Kami datang dari jauh untuk ikut beseprah,” ujar Ibu Nur, seorang warga dari Samarinda. “Ini bukan hanya soal makan, tapi soal kebersamaan dan rasa bangga terhadap budaya kami.”
Kehangatan yang memancar dari beseprah semakin terasa ketika Pjs. Bupati Kutai Kartanegara, Bambang Arwanto, menyampaikan pandangannya. Dengan nada penuh keharuan, ia berkata, “Kegiatan beseprah ini menunjukkan kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat. Ini bukan hanya momen makan bersama, tetapi juga simbol persatuan dan kerjasama yang sangat sakral bagi kita semua.” Ucapannya menegaskan betapa pentingnya tradisi ini bagi identitas dan kekuatan sosial masyarakat Kutai Kartanegara. Kamis, 29 September 2022.